29 Mei 2024

Pengenalan Hama dan Penyakit Tanaman Unggulan Perkebunan di Sulbar Seri ke-7, Bahas Hama PBK

 

Mamuju–Dinas Perkebunan (Disbun) Sulawesi Barat (Sulbar) kembali melaksanakan kegiatan Pengenalan Hama dan Penyakit Tanaman Unggulan Perkebunan di Sulbar, Selasa, 28 Mei 2024. Kegiatan ini rutin dilaksanakan tiap pekan.

 

Melalui Bidang Perlindungan, Pengenalan Hama dan Penyakit Tanaman Unggulan Perkebunan di Sulbar ini memasuki Seri ke-7. Kali ini membahas tentang Hama Penggerek Buah Kakao (PBK).

 

Bertempat di Kantor Disbun Sulbar, kegiatan ini dilaksanakan secara hibryd (luring dan daring) dan dibuka oleh Kepala Bidang Perlindungan Perkebunan Hartati Pawelloi, mewakili Kadis Perkebunan Sulbar, Herdin Ismail. Dihadiri oleh staf Disbun Sulbar, Petugas Pengamat OPT Kabupaten se-Sulbar, Pembantu Lapang Petugas Tenaga Kontrak Pendamping (PLP-TKP) Sulbar, Regu Pengendali OPT Perkebunan se-Sulbar, serta undangan lainnya. 

 

Pada Seri ke-7 ini, materi hama Penggerek Buah Kakao (PBK) dibawakan oleh Nurul Istiani Abdullah selaku POPT – Ahli Pertama pada UPTD BPPTP Disbun Sulbar. Adapun garis besar materi yang dibawakan mengenai gejala serangan yang disebabkan oleh PBK, siklus hidup PBK, dan metode pengendalian serangan PBK. 

 

“Penggerek Buah Kakao (PBK) disebabkan oleh serangga yang disebut Conopomorpha Cramerella. Gejalanya termasuk lubang-lubang kecil pada buah kakao, sering kali dengan kotoran serangga di sekitarnya, serta penurunan produksi buah dan kualitas biji kakao,” kata Nurul Istiani Abdullah, dalam paparannya.

 

Dia menjelaskan, siklus hidup PBK dimulai dengan telur yang diletakkan oleh serangga betina di permukaan buah kakao. Telur menetas menjadi larva yang menembus kulit buah dan menginfeksi daging buah. Larva berkembang biak di dalam buah, memakan daging buah, dan meninggalkan kotoran. Setelah mencapai kedewasaan, serangga dewasa keluar dari buah untuk mencari pasangan dan memulai siklus hidup baru.

 

Untuk mengendalikan serangan PBK, beberapa metode dapat digunakan. Salah satunya adalah pembersihan lahan dari buah yang terinfeksi atau jatuh untuk mengurangi populasi serangga. Penggunaan perangkap feromon untuk menangkap serangga dewasa juga bisa efektif. Penerapan insektisida secara terencana dan selektif juga bisa menjadi pilihan untuk mengurangi populasi serangga. Praktik budidaya yang baik, seperti pemangkasan pohon kakao untuk meningkatkan ventilasi udara dan cahaya matahari, juga dapat membantu mengurangi risiko serangan PBK.

 

Selanjutnya, dilakukan diskusi bersama peserta yang hadir secara daring. Pembahasan utama mengenai hama PBK di lapangan, yaitu agar petani dapat menggunakan pestisida dengan bijak, dosis yang tepat dan sesuai dengan anjuran penggunaan pestisida yaitu tidak lebih dari satu bahan aktif. Selain itu disampaikan saran agar dapat membuat suatu terobosan baru berupa bahan organik yang ramah lingkungan dan bersifat repellent terhadap PBK yang ramah lingkungan sehingga produk perkebunan yang dihasilkan merupakan produk yang sesuai standar ekspor. 

 

Di tempat terpisah, Kadis Perkebunan Sulbar, Herdin Ismail mengatakan, melalui kegiatan itu pihaknya bertujuan memberikan pemahaman untuk mengenali gejala-gejala awal serangan, serta langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko kerugian. 

 

“Selain itu, kegiatan ini juga memberikan informasi mengenai teknik pengendalian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan guna menjaga kelestarian lingkungan sekitar,” kata Herdin. 

 

Diharapkan dengan adanya kegiatan rutin ini dapat meningkatkan pengetahuan peserta mengenai hama dan penyakit tanaman perkebunan dan dapat mengenali gejala serangan serta cara pengendalian yang tepat apabila terjadi serangan PBK di lapangan terkhusus di wilayah kerja masing-masing peserta.

 

Penulis : Disbun Sulbar

Editor : humassulbar

Read 227 times
(0 votes)