14 Feb 2024

Rakor Infrastruktur dan Kewilayahan, Kepala Bapperida Ajak Susun Grand Strategi Pengembangan Kawasan di Sulbar

 

MAMUJU – Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), Junda Maulana mengajak para pemangku kepentingan di Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan menyusun bersama grand strategi tentang pengembangan kawasan di Sulbar.

 

Itu disampaikan pada Rapat Koordinasi (Rakor) Bersama Para Stakeholder di Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan, baik dari instansi vertikal, provinsi serta perwakilan Bappeda Kabupaten Se-Sulbar, yang digelar di Ruang Rapat RKPD Kantor Bapperida Sulbar, Selasa (13/2/2024).

 

"Mari bersama-sama menyusun grand strategi mengenai konsep konektivitas infrastruktur darat, laut maupun udara dalam pengembangan potensi suatu kawasan," ajak Junda Maulana, saat membuka rakor tersebut.

 

Menurutnya, grand strategi pengembangan suatu kawasan sangat penting untuk menarik perhatian pemerintah pusat yang menentukan pengalokasian anggaran infrastruktur daerah. 

 

“Kelemahan kita adalah karena tidak memiliki grand strategi tentang pengembangan suatu kawasan. Maka kita hanya akan mendapat anggaran untuk pemenuhan standar minimal saja,” kata Junda.

 

Terkait pelaksanaan rakor, Junda Maulana menyampaikan, kegiatan itu menjadi awal menuju agenda Forum Group Discussion Tematik RPJPD 2025 – 2045 yang berkaitan dengan infrastruktur dan kewilayahan.

 

“Kami menyadari bahwa dokumen RPJPD yang disusun itu periodenya 20 tahun, maka kita butuhkan analisis mendalam berkaitan dengan kondisi eksisting gambaran saat ini, sehingga kita mampu merencanakan Sulbar 20 tahun kedepan seperti apa,” ucapnya.

 

Junda mengungkapkan potensi Sulbar menjadi penyangga Ibu Kota Nusantara di masa mendatang. Untuk itu, ada 4 (empat) strategi yang akan dilakukan Pemprov Sulbar.

 

“Empat strategi yang akan dilakukan dalam mendukung Sulbar sebagai penyangga Ibu Kota Nusantara, yaitu berkaitan dengan peningkatan produksi dan produktivitas sumber daya alam, terutama hasil pertanian, kemudian membangun sumber daya manusia, serta membangun konektivitas antara pusat produksi dan pasar,” ungkap Junda.

 

Melalui kesempatan itu, Junda juga mengingatkan perlunya memikirkan jalur alternatif untuk jalan trans Sulawesi. Hal ini mengingat potensi peningkatan volume kendaraan untuk 20 tahun kedepan serta tingkat kerawanan bencana longsor yang sering terjadi pada ruas jalan tersebut.

 

“Kita juga harus memikirkan bagaimana volume kendaraan, apalagi jalan poros kita ini adalah satu-satunya jalur dan tidak ada alternatif, dan penting mempertimbangkan tingkat kerawanan seperti longsor, terutama untuk 20 tahun kedepan. Harus kita memikirkan alternatif – alternatif untuk menangani berbagai hal tersebut,” tutupnya. (rls)

Read 56 times
(0 votes)
  1. Popular
  2. Recent
  3. Comments