Mamuju – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) mengikuti Webinar Evaluasi Gempabumi Merusak 2025 yang diselenggarakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama InaTEWS pada Rabu, 10 Desember 2025.
Kegiatan ini bertujuan mengkaji berbagai kejadian gempabumi merusak di Indonesia serta meningkatkan literasi dan kapasitas masyarakat terkait upaya mitigasi melalui penerapan teknologi Seismic Base Isolation (SBI) pada bangunan.
Webinar ini menghadirkan sejumlah pakar gempabumi, konstruksi, dan mitigasi bencana nasional, yakni:
1. Prof. Masyhur Irsyam, Guru Besar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB.
2. Prof. Iswandi Imran, Guru Besar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB.
3. Davy Sukamta dari Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI).
4. Tri Suryadi, Kepala Pemasaran & Teknik Freyssinet Indonesia.
5. Daryono, Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG.
6. Rahmat Triyono, Kepala Pusat Standarisasi Instrumen MKG BMKG.
7. Pepen Supendi, Penanggung Jawab Katalog Gempabumi & Tsunami BMKG.
8. Dimas Salomo J. Sianipar, Dosen STMKG.
Prof. Masyhur Irsyam menekankan bahwa Indonesia berada pada kawasan dengan aktivitas seismik tinggi sehingga teknologi mitigasi harus menjadi prioritas nasional. Ia menyampaikan bahwa Seismic Base Isolation telah terbukti secara global mampu menurunkan dampak kerusakan bangunan saat terjadi gempabumi.
“Kita tidak bisa menghentikan gempa, tetapi kita bisa membangun struktur yang mampu beradaptasi dengan guncangan,” ujarnya.
Prof. Iswandi Imran menambahkan bahwa penerapan SBI sudah sangat memungkinkan secara teknis di Indonesia, terutama untuk bangunan vital seperti rumah sakit, sekolah, kantor pemerintahan, dan fasilitas evakuasi.
“Teknologi ini bukan sekadar inovasi, tetapi kebutuhan untuk menyelamatkan nyawa,” tegasnya.
Davy Sukamta dari HAKI menyoroti pentingnya penyusunan standar konstruksi nasional yang mendukung SBI.
“Dengan adanya pedoman yang jelas, para perencana dan pelaksana konstruksi dapat mengadopsi teknologi ini dengan tepat,” katanya.
Daryono memaparkan evaluasi kejadian gempabumi merusak sepanjang 2025 dan menekankan bahwa pola kerusakan masih berkaitan dengan kualitas bangunan.
"“Kerentanan struktur masih menjadi penyebab utama korban jiwa. Teknologi SBI menjadi solusi kuat untuk pengurangan risiko,” jelasnya.
Pepen Supendi menambahkan bahwa data gempabumi di Indonesia terus menunjukkan peningkatan kebutuhan pengembangan teknologi mitigasi.
“Data katalog gempabumi menunjukkan aktivitas yang konsisten tinggi. SBI dapat mengurangi risiko pada bangunan di area rawan,” ungkapnya.
Sementara itu, Plt. Kalaksa BPBD Sulbar, Muhammad Yasir Fattah, menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan webinar ini sebagai bagian dari penguatan kapasitas daerah rawan gempabumi seperti Sulbar.
Ia menyampaikan, arahan Gubernur Sulbar Suhardi Duka, pemerintah daerah harus meningkatkan mitigasi struktural dan non-struktural pascagempa 2021.
“Sesuai instruksi Gubernur, BPBD Sulbar berkomitmen mempelajari dan mendorong penerapan teknologi Seismic Base Isolation terutama untuk bangunan publik, fasilitas evakuasi, serta gedung pemerintahan.
"Kami berharap inovasi ini dapat mengurangi tingkat kerusakan dan korban jiwa apabila terjadi gempabumi di masa mendatang,” tegas Yasir Fattah.
Naskah : BPBD Sulbar
Editor : Tim Humas Pemprov Sulbar
