22 Apr 2020

Perempuan Marasa, Tanggap Covid 19

Wabah  Covid 19 memberi dampak yang besar.   Tak hanya dari sisi perubahan sosial budaya  masyarakat tapi juga dalam perekonomian. Menteri Keuangan, Sri Mulyani,  dalam sebuah rapat melalui video conference bersama Gubernur Se-Indoensia (17/4) menyebutkan bahwa pertumbuhan dunia yang semula diprediksi sekitar 3.3 %  akan mengalami kontraksi sebesar 3 % dan pastinya Indonsia juga akan merasakan pengaruhnya. Menteri perempuan ini memperediksi bahwa di tahun 2020, Perekonomian Indoensia menurun hingga 20 %.

Dengan melihatnya kondisi pendapatan Negara yang terus berkurang, akhirnya berbagai kebijakan di keluarkan oleh Pemerintah pusat seperti refocusing serta realokasi anggaran. Tak tanggung-tanggung, hampir semua Kementerian melansir kebijakan popular yang akan diimplemntasikan ke seluruh pelosok negeri  dalam penangan Covid 19. Semua kuatir dengan dampak sosial ekonomi akibat dari wabah ini. Jangan sampai kemiskinan di Negara Indoensia semakin melebar. Kondisi yang tak stabil ini bisa saja membuat yang konglongmerat menjadi melarat dan yang melarat akhirnya sekarat.

 

 

Berbicara soal kemiskinan maka kaum perempuanlah yang paling merasakannya. Perempuan sebagai anak. Perempuan sebagai istri. Perempuan sebagai  ibu. Perempuan sebagai pengasuh. Perempuan sebagai tenaga kerja domestik. Perempuan yang padanya segala konsepsi-konsepsi budaya partriakhiy disematkan harus menanggung beban yang besar atas setiap kondisi peran gender yang disandangnya. Perempuanlah yang paling merasakan dampak ekonomi dari wabah covid 19.  Inilah alasan sehingga anggaran program Marasa direfocussing sebesar 30 % untuk diarahkan ke program padat karya yang bersentuhan dengan perempuan.

“ Yah, program Marasa ini adalah program penanggulangan kemiskinan. Orang pertama yang paling merasakan beban kemiskinan adalah kaum perempuan. Oleh sebab itu anggaran Marasa sebesar 30 % akan direfocussing untuk  meningkatkan keterlibatan perempuan dalam program Marasa dengan melakukan kegiatan PHBS di rumah mereka dan nantinya akan diberi bansos sembako. Jadi pendekatan perhitungannya adalah perempuan. Bersama perempuan, penanganan  Covid 19 di desa-desa dapat tertangani dengan baik. Semua dimulai dari rumah dan di rumah ada ibu yang dalam hal ini adalah perempuan yang bisa memulainya. ”, jelas Nurhamza, koordinator Provinsi Pendamping Desa.

Dalam acara Sosialisasi dan Launching Program Marasa tahun 2020 dan rapat Koordinasi dan Monitoring langkah-langkah penanganan desa tanggap Covid 19 di desa Se-Sulawesi Barat, (21/4), Nurhamza hadir dan memberikan gambaran tentang program Marasa di tahun  2019. Menurutnya, bahwa dengan lokus 72 desa program Marasa telah memberi stimulus yang baik dalam pemberdayaan masyarakat. Meskipun demikian masih terdapat beberapa catatan dalam perjalanannya, misalnya, kaum perempuan lebih cenderung tidak terlibat. Jika dilihat dari info graphic padat karya tunai  program Marasa maka terdapat sekitar 4.531 orang angkatan kerja. Dari angka ini, kaum perempuan hanya berkisar 17.26% dan selebihnya didominasi oleh kaum laki-laki. 

Gubernur Sulawesi Barat, Ali Baal Masdar, yang hadir meresmikan pelaksanaan program Marasa 2020, menegaskan bahwa  lokus desa Marasa tahun 2020 adalah 190 desa. Ia berharap melalui program Mandiri, Cerdas dan Sehat maka desa-desa dapat  berkembang serta bisa memberi perubahan kepada peningkatan ekonomi masyarakat, pemberdayaan masyarakat serta perkembangan potensi desa. “ saya juga  berharap bahwa program Marasa 2020 dapat diarahkan untuk memberikan kontribusi dalam penanganan covid 19. Data penerima bantuan harus jelas dan berjalan sesuai aturan yang berlaku’, ucapnya sambil menutup acara tersebut yang berlangsung pas diperingatan hari Kartini.(*)

Read 762 times
(0 votes)
  1. Popular
  2. Recent
  3. Comments