Pimpinan Bank Sulselbar yang dipimpin oleh Pimpinan Bank Sulselbar, Aras Rusdin, melakukan kunjungan Silaturahmi
ke Pj.Gubernur Sulbar, Carlo B Tewu. Pj Gubernur Sulbar, Carlo B Tewu menerima dengan hangat silaturahim pihak
bank Sulselbar dan melakukan pertemuan dengan jajaran Bank Sulselbar pada Kamis, 02 Februari 2017 yang
Bertempat di ruang kerja Pj.Gubernur Sulbar.
Direktur Bank Sulselbar Aras Rusdin Rasyid kepada Carlo B Tewu mengemukakan madsud dan tujuan kedatangannya
dalam rangka silaturahim terhadap Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat dikarenakan Bank Sulselbar merupakan milik
pemerintah daerah. Selain itu, juga sekaligus menyampaikan perkembangan kerja sama yang telah dilakukan oleh
Bank Sulselbar dengan Pemprov Sulbar selama ini, apalagi Aras Rusdin Rasyid merupakan Pimpinan Bank Sulselbar
baru dan Carlo B Tewu juga merupakan Pj.Gubernur Sulbar yang baru sebulan menjabat sebagai Pj. Gubernur.
Disampaikan, Gubernur sangat mendukung kerjasama yang telah dibuat, bahkan Gubernur memberikan masukan kiranya
Bank Sulselbar bisa berdiri sendiri di daerah Sulawesi Barat.
“Kami berharap melalui kerjasama tersebut tercipta suatu peningkatan hubungan pemerintah serta memberdayakan
UKM-UKM di wilayah Mamuju sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Bank Sulselbar adalah milik pemda sebenarnya
karena pemegang sahamnya adalah pemda daerah” ungkapnya
Pj. Gubernur Sulawesi Barat Carlo B Tewu kepada Pimpinan Bank Sulselbar menyampaikan, terkait anggaran, Pemprov
Sulbar telah melakukan yang terbaik. Salah satu bukti kinerja yang telah dilakukannya selaku Pj Gubernur,
dengan melakukan pemaparan program prioritas kinerja di setiap SKPD lingkup Pemerintahan Provinsi Sulbar.
Ia menerangkan,tujuan dari pemaparan tersebut agar tidak terjadi pemborosan anggaran, dan dana yang ada
digunakan sesuai kebutuhan, serta tepat sasaran. Salah satu contoh yang tidak efesien adalah objek wisata
gantungan, dimana pemerintah daerah memberikan dana dan bantuan sebesar Rp350 juta, keuntungan atau timbal
balik yang diberikan hanya sebesar Rp75 juta.
“Hal tersebut dinilai tidak efektif. Saya melihat pemda kalau mengeluarkan uang, timbal baliknya juga harus
menghasilkan, seperti objek wisata gentungan anggaran yang diberikan sebesar 350 juta hasil untuk anggaran
pemda Rp 75 juta ,” ungkap Carlo.